21.42
0

Cek and Ricek disini bukan acara infotainment seperti yang ditayangkan disalah satu televisi swasta nasional yang memiliki rating tayang luar biasa yang hampir seluruh televisi swasta nasional memiliki acara serupa namun dengan judul acara yang berbeda-beda. Saya juga tidak habis pikir, kenapa acara-acara seperti ini memiliki rating tayang yang tinggi. Padahal acara ini kebanyakan diputar diawal-awal hari, bahkan subuh !! Ketika kita bersiap-siap untuk memulai aktifitas. Sepanjang yang saya tahu, kebanyakan pemirsa acara ini adalah ibu-ibu. Apakah karena bapak-bapaknya lagi siap-siap ngantor, wallahu a'lam. Padahal acara ini kebanyakan berisi gossip yang kata ibu-ibu makin digosok makin siip. Okelah kalau sebahagian lain mengatakan, yang diceritain ditelevisi ga' aib-aib aja kok, ada cerita gembira, pernikahan. Nauzubillah, itu namanya gibbah. Gunjing maupun gibah dua-duanya dilarang didalam Islam. Tapi yang akan saya ceritakan disini bukan mengenai Cek and Ricek, tetapi Tabayyun.
Sebahagian kita tentu pernah mendengar berita dari orang lain apakah itu teman, saudara atau siapapun tentang diri kita yang membuat telinga kita panas, muka kita memerah, hati mendidih, karena berita yang disampaikan oleh penyampai berita tersebut mengenai diri kita yang kita merasa berita tersebut tidak benar. Dan kita sudah siap-siap singsingkan lengan baju, mengepalkan tangan, siapkan kata-kata umpatan untuk mendamprat orang yang diceritakan oleh si penyampai berita. Tapi ups. Tunggu dulu, jangan buru-buru meng"counter" dahulu. Tenangkan hati, jernihkan pikiran, mari kita tela'ah dan simak serta teliti berita yang disampaikan oleh si penyampai berita tadi. Kita analisa dan kita buat hipotesa. Lalu pada saat dan waktu yang tepat kita lakukan tabayyun, atau cek and ricek untuk mengetahui berita yang sebenarnya. Imam al Hasan al Bashri berkata, "Seorang mukmin adalah abstain (diam) sehingga dia bertabayyun."
Bisa saja apa yang disampaikan oleh si penyampai berita tadi adalah berita bohong, atau fitnah, atau kalau memang berita itu benar, tetapi ceritanya dilebih-lebihkan. Jangan sampai persaudaraan rusak, baik sesama tengan, sahabat, karib kerabat, saudara atau bahkan sesama muslim hanya gara-gara kita langsung mengambil kesimpulan setelah kita mendengar berita sebelah pihak tanpa mengecek kebenaran berita tersebut. Jadi sebelum melakukan hal yang dapat merusak silaturahmi, sebaiknya kita melakukan hal-hal sebagai berikut :
  1. Lihat keadaan orang yang menyampaikan berita tersebut. Didalam alQuran yang mulia dikatakan : "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti" (QS. Al Hujurat: 6). Kita lihat, apakah dia orang yang jujur dan bertanggung jawab, ataukah orang fasik dan munafiq ? Apakah dia sedang ada permusuhan, sengketa, hasad, dendam atau persaingan tidak sehat dengan orang yang dia tuduh. Dan boleh jadi juga, penyampai berita memang orang yang ada cacat di dalam sisi agama dan amanahnya, sehingga beritanya layak untuk di tolak.
  2. Mengecek kebenaran berita dengan cara yang santun tidak dengan prasangka serta mencari waktu yang tepat serta kondisi yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak.
  3. Menolak Gibah. Telah bersabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya: "Barang siapa yang membela kehormatan saudaranya yang sedang digun-jingkan maka merupakan hak Allah untuk membebaskannya dari api neraka." (HR. Ahmad, lihat shahih al jami' No.6240)
Akhirnya marilah kita pegang sebuah pesan yang merupakan pesan Rasulullah salallahu alaihi wasallam kepada kita yakni "Barang siapa beriman kepada Allah, maka hendaklah berkata yang baik atau diam". Apabila kita tidak mampu berkata yang baik lagi benar, maka diam adalah lebih baik bagi kita. Wallahu a'lam.

0 comments:

Posting Komentar

Jika sobat merasa informasi ini bermanfaat, silahkan sobat memberikan komentar. Jika sobat hendak men-COPY ARTIKEL INI, MOHON KIRANYA MENCANTUMKAN SUMBERNYA, MARI KITA SALING MENGHARGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Jangan lupa, klik Google+ diside bar sebelah kiri