Semilir hati~Sobat semilir, berbicara tiada putus pada anak sebenarnya mirip dengan situasi ketika anak baru belajar jalan. Keterampilam dan pengalaman baru yang diperoleh baik dalam hal berjalan maupun bicara menjadi hal menarik bagi sang bocah. Begitu menariknya sampai merasa belum cukup kalau hanya bicara dengan orang lain. Maka sering kita lihat anak balita suka ngobrol dengan dirinya sendiri selagi bermain, bahkan dengan boneka seperti yang terjadi pada anak saya sobat semilir, kalau lagi bermain dengan bonekanya sambil nelpon. hmmm lucunya.
Suka berceloteh disini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu yang penting yaitu kebutuhan bicara untuk mengimbangi kebutuhan lain. Itu sering kita lihat pada anak yang kurang kasih sayang atau perhatian. Ketika sedang berkumpul dengan orang dewasa ia cendrung banyak mengoceh. Tujuannya tidak lain untuk sekedar menarik perhatian orang lain. Istilah kerennya "CAPER".
Sebaliknya, kesempatan belajar cara bicara yang baik dan benar tidak dimiliki oleh anak yang berasal dari keluarga dengan pendekatan otoriter, serta berprinsip, anak seharusnya dilihat bukan didengar. Mereka cendrung dibiarkan berbicara semaunya tanpa bimbingan. Dalam keluarga semacam ini kekangan atau bentakan sering menjadi cara praktis untuk membungkam anak agar tak banyak omong.
Pembungkaman juga sering dialami anak-anak yang lahir belakangan dalam sebuah keluarga besar. Ditempat ini anak pertama lazim mendapat bantuan lebih banyak dari orang tua dalam hal belajar berbicara ketimbang saudara mereka yang lahir belakangan. Begitu siadik berceloteh langsung dibentak oleh kakaknya, akibatnya sang adik akan berbicara tanpa arah.
Kondisi akan berbeda dengan mereka yang tumbuh ditengah keluarga yang menganut prinsip "serba boleh" atau demokratis. Ditempat itu anak mendapat banyak kesempatan dan dorongan untuk mengungkapkan pendapatnya. Ia pun sering punya peran serta dalam percakapan ditengah keluarga.
Terlepas dari itu semua, sobat semilir, apakah si kecil cerewet atau justru lebih sering diam, namun didalam proses mendidik anak, ingatlah bahwa dianya adalah amanah dari Allah Azza Wajalla yang harus kita arahkan agar menjadi generasi Islam yang baik. Keputusan apakah mendidik secara otoriter atau demokratis terserah kepada kita sebagai orang tua, namun agaknya jalan tengah diantara keduanya dengan berlandaskan contoh yang diberikan oleh teladan kita Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam adalah pilihan terbaik. Kita mendengar disaat harus mendengar, dan kita menegur disaat harus menegur agar anak kita senantiasa berada dijalan yang benar.
66:6 "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Semoga bermanfaat, Wallahu a'lam~Semilir hati (Disadur dari intisari)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar
Jika sobat merasa informasi ini bermanfaat, silahkan sobat memberikan komentar. Jika sobat hendak men-COPY ARTIKEL INI, MOHON KIRANYA MENCANTUMKAN SUMBERNYA, MARI KITA SALING MENGHARGAI HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL. Jangan lupa, klik Google+ diside bar sebelah kiri